Manado, kawanuanews.com – “Keluarga adalah sekolah untuk masuk surga! Anggota-anggota saling membantu, mendukung, mengerti, melayani, berbuat baik, dan memaafkan serta mengampuni,”
Hal ini ditegaskan Pastor Johanis Ohoitimur, MSC (Yong) dalam homili dalam Misa Kedua Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, Yusuf, bertempat di Gedung Gereja St Mikael Perkamil – Manado, Minggu (29/12/2024).
Menurut Pastor Yong, Anak adalah pemberian Tuhan, maka orang tua perlu untuk bekerja sama dengan Tuhan membesarkan anak-anak.
“Berdoalah setiap hari untuk anak-anakmu; anak-anak, bersyukur dan berdoalah untuk orang tuamu,” tuturnya.
Lanjut Pastor Yong, karena anak itu pemberian Tuhan, maka pasti Tuhan akan memberi jalan agar anak bisa hidup dan menjadi besar.
“Orang tua perlu melaksanakan bagiannya, bagian dari Tuhan akan menyempurnakan usaha orang tua,” tegas Pastor Yong yang juga Rektor Universitas Katolik (Unika) De La Salle Manado.
Pastor Yong mengawali homili menyatakan, hari ini Gereja merayakan Pesta Keluarga Kudus, Yesus-Maria-Yosef. Dalam Gereja Katolik, keluarga kudus Nasareth adalah model bagi kehidupan keluarga. Ini keluarga tukang kayu, artinya keluarga sederhana, keluarga yang harus bekerja keras agar bisa hidup.
“Tidak ada pribadi yang sempurna; tidak ada keluarga yang sempurna. Tetapi Tuhan menghendaki adanya keluarga, dan bahkan ketika Tuhan mau masuk ke dalam dunia, Ia masuk melalui keluarga. Itulah martabat mulia keluarga: dikehendaki Tuhan dan menjadi jalan bagi Tuhan untuk melaksanakan kehendaknya: melanjutkan ciptaan baru dalam dunia, dan menjadi jalan Allah menyelamatkan dunia,” urainya.
Karena setiap keluarga memiliki keterbatasan, dan kekurangan, kita membutuhkan teladan atau contoh. Dan bagi kita umat kristiani, contoh atau teladan itu kita temukan pada keluarga kudus Nasareth. Keluarga Kudus Nasareth bukan hanya menjadi teladan kekudusan, tetapi juga contoh keluarga yang bergumul dan menghadapi tantangan.
Bacaan-bacaan hari ini menambahkan petunjuk-petunjuk bagi kehidupan keluarga kita:
“Bacaan I: Anak adalah pemberian Tuhan. Hana memberi nama anaknya “Samuel” yang berarti “aku memintanya kepada Tuhan”. Karena anak adalah pemberian Tuhan, maka orang tua mempersembahkan anaknya kepada Tuhan, pemilik anak itu. Persembahan itu terjadi ketika orang tua minta anak dibaptis. Dan persembahan itu berarti orang tua punya tanggung jawab untuk membesarkan, mendidik, membimbing kehidupan anak. Pelajaran, anak adalah milik Tuhan yang dititipkan pada orang tua. Maka orang tua tidak boleh menyia-nyiakan anak. Berusaha untuk tidak melukai hati anak…. Anak mesti bisa merasakan bahwa ia dikasihi oleh orang tuanya,” ujarnya.
“Bacaan II: Anak-anak bukan saja milik Tuhan, tetapi adalah juga anak-anak Allah. Pada saat kita dibabtis, kita menerima curahan Roh Kudus. Roh Kudus = Roh Allah, Roh yang membuat Yesus menjadi Anak Allah. Roh yang sama itu kita terima. Maka melalui baptisan, kita menjadi anak Allah, dan kita diperkenankan menyapa Allah sebagai Bapa, seperti Yesus menyapa Allah sebagai Bapa. Hanya orang yang sudah dibaptis yang menyapa Allah sebagai “Bapa”,” jelasnya.
Injil mengingatkan kita: bahwa kadang-kadang kita orang tua terlalu sibuk “mencari”, mencari untuk anak-anak. Kehadiran Yesus di bait Allah mengingatkan, bahwa di tengah kesibukan kita perlu bersama dengan anak-anak hadir di rumah Tuhan. Anak-anak kita harus bertambah besar, tetapi juga bertambah hikmatnya, dan hikmat itu berasal dari Tuhan.
“Sikap Maria dan Yusuf menjadi teladan bagi para suami-isteri: mendengar dan merenungkan apa yang dikatakan Yesus,” tandasnya.(man repi)