PF S. Yanuarius, Uskup dan Martir
Selasa Pekan Biasa XXIV
Bacaan 1 : 1Tim 3:1-13
Mazmur : Mzm 101:1-3b.5-6
Injil : Luk 7:11-17
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Pada suatu ketika pergilah Yesus ke sebuah kota bernama Nain. Para murid serta banyak orang pergi bersama Dia. Ketika Ia mendekati pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, yaitu anak laki-laki tunggal seorang ibu yang sudah janda.
Banyak orang kota itu menyertai janda tersebut. Melihat janda itu tergeraklah hati Tuhan oleh belas kasihan. Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Jangan menangis!”
Dihampiri-Nya usungan jenazah itu dan disentuh-Nya, Maka para pengusung berhenti. Tuhan berkata, “Hai Pemuda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Maka bangunlah pemuda itu, duduk, dan mulai berbicara. Yesus lalu menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan,
dan mereka memuliakan Allah sambil berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah mengunjungi umat-Nya.” Maka tersiarlah kabar tentang Yesus ke seluruh Yudea
dan ke seluruh daerah sekitarnya.
Demikianlah Injil Tuhan.
Renungan: Bangun, Duduk dan Berbicara
Yesus hendak berkunjung ke kota Nain. Ketika hendak masuk, di pintu gerbang ada rombongan orang justru sedang keluar mengusung jenasah seorang muda yang mati, putera tunggal seorang janda. Hatinya tergerak oleh belas kasihan atas penderitaan janda itu. Karena si janda sungguh kehilangan. Ia sudah kehilangan suaminya; sekarang ia kehilangan putera tunggalnya. Betapa sebuah beban duka yang amat dahsyat. Karena itu Yesus berinisiatif membangkitkan pengharapan si janda dengan membangkitan putera tunggalnya. Yesus menghampiri usungan jenasah dan berseru kepada orang mati itu, untuk bangkit. Orang muda itupun bangun, duduk dan mulai berbicara. Ia bergerak dari diam tak berdaya, ia duduk dari tidur kebinasaan dan berkata-kata dari kebisuan. Kuasa sabda Yesus memberinya kehidupan baru. Kata-kata Yesus, Allah yang mengunjungi umatnya, membangunkan dia dari ketidakberdayaan.
Kunjungan, sapaan dan sabda yang keluar dari hati Yesus yang berbelaskasihan membawa sukacita hidup baru. Kata-katanya membangunkan, mengubah jasad tak bernyawa menjadi raga berkekuatan untuk duduk dan berbicara.
Saudaraku, apa yang dibuat orang sehingga Yesus berinisiatif membangkitkan pemuda di Nain? Tampaknya tak ada yang berbuat apa-apa. Si janda tidak datang meminta belas kasihNya, para pengusung dan orang yang menyertai usungan juga tidak mencegat Yesus dan meminta pertolongan. Mereka pasrah pada nasib, pergi, membawa keluar si pemuda yang mati keluar dari lingkungan hidup mereka. Tidak ada yang berinisiatif meminta belas kasihNya. Syukurlah mereka berjumpa dengan Yesus di Pintu Gerbang kota. Sebuah perjumpaan yang tidak direncanakan. Tetapi tetaplah sebuah perjumpaan yang menggerakan hati Yesus. Dan perjumpaan ini menyelamatkan.
Saudaraku, ada saat kita mengalami situasi seperti si janda yang hanya bisa menangis di hadapan penderitaan. Ada saat kita bahkan seperti si pemuda yang diam tak bicara, tak bergerak, pasrah, dan tak berdaya, di hadapan segala perkara yang mematikan. Mari kita ingat. Perjumpaan dengan Yesus akan membangunkan, akan membuat kita duduk dan berbicara. Perjumpaan menggerakan hati Tuhan yang berbelaskasih. Dan perjumpaan dengan sesama kiranya juga menggerakkan hati kita akan belas kasihan kepada sesama.