PF S. Paulus dari salib, Imam; PF S. Yohanes de Brebeuf dan Ishak Jogues, Imam, dan teman-temannya; Martir; Kamis Pekan Biasa XXVIII
Bacaan 1 : Rom 3:21-30a; Mazmur : Mzm 130:1-6; Injil : Luk 11:47-54
Bacaan Pertama: Rom 3:21-30a; Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma:
Saudara-saudara, tanpa hukum Taurat, kebenaran Allah kini telah dinyatakan, seperti yang sudah disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu: kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada lagi pembedaan. Semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia Allah, semua telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditetapkan oleh Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini Ia perbuat untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.
Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa kini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan bahwa Ia juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.
Jika demikian, apakah masih ada alasan untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman. Sebab kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga Allah bangsa-bangsa lain!
Artinya, hanya ada satu Allah yang membenarkan orang-orang bersunat karena iman, dan orang-orang tak bersunat juga karena iman.
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur 130:1-6; R:7: Ya Tuhan, pada-Mulah ada penebusan yang berlimpah-limpah.
*Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku!
Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.
*Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.
*Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.
Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.
Bait Pengantar Injil: Yoh 14:6
Akulah jalan, kebenaran dan hidup; hanya melalui Aku orang sampai kepada Bapa.

Bacaan Injil: Luk 11:47-54: Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:
Sekali peristiwa, tatkala duduk makan di rumah seorang Farisi, Yesus berkata, “Celakalah kalian, sebab kalian membangun makam bagi para nabi, padahal nenek moyangmulah yang telah membunuh mereka. Dengan demikian kalian mengakui, bahwa kalian membenarkan perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kalian membangun makamnya.
Sebab itu hikmat Allah berkata, ‘Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul. Tetapi separuh dari antara para nabi dan para rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya. Maka dari angkatan ini akan dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan rumah Allah.’ Bahkan Aku berkata kepadamu, ‘Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.’ Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat, sebab kalian telah mengambil kunci pengetahuan. Kalian sendiri tidak masuk ke dalamnya, tetapi orang yang berusaha masuk kalian halang-halangi.”
Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, para ahli Taurat dan orang Farisi terus-menerus mengintai, dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Dengan itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan: Melawan Orang Benar
Orang Farisi dan Ahli-ahli Taurat tak mampu meladeni Yesus; bukan karena mereka kurang cerdas, tetapi Ia orang benar dan menyatakan kebenaran. Dengan penuh wibawa Yesus melancarkan kritik pedas dan keras. Teguran atas dasar kebenaran sejarah dan fakta tak terbantahkan. Merekapun tahu orang ini sedang menguak kebenaran. Tetapi bukan menerimanya dengan lapang dada dan mencari jalan baru untuk memperbaiki kesalahan personal dan historis, Mereka malah melawanNya secara membabi buta. Mereka tak sudi mengakui kesalahan dan berjuang menghapusnya, malah berkomplot hendak “menghapuskan’ jejak sang kebenaran.
Sebelum “orang ini” makin membongkar kesalahan dan kekurangan “kaumnya” lebih baik mencari-cari alasan untuk menyerangnya lebih dahulu. Dan memang mereka terus mengintai gerak-gerikNya dan mencari-cari alasan yang boleh dimanipulasi untuk melenyapkan sang kebenaran itu. Akhirnya kita semua tahu “ending” kisah “pertarungan” Yesus dan para ahli Taurat. Mereka menang dan berhasil menangkap, membunuh dan melenyapkan Yesus. Mereka melakukan apa yang dulu sudah dilakukan nenek moyang mereka kepada para Nabi, utusan Allah dan justru makin mengumumkan kepada dunia benarlah ungkapan Yesus atas mereka.

Saudaraku, atas dasar egoisme dan kecenderungan manusiawi yang tak bersedia dianggap bersalah, meskipun faktanya demikian, kitapun kadang bertindak gegabah dan bermegah dalam kesalahan dan kedosaan. Orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang mengklaim sebagai pemilik kebenaran bertindak egois dan membabi buta. Mereka membuang jauh-jauh kerendahan dan kebesaran hati. Kitapun kerap tergoda menjadi “followers” orang Farisi dan ahli Taurat. Ketika kita ada di posisi bersalah kita berusaha menyerang orang yang dengan penuh

kasih menunjukkan kesalahan dan kelemahan kita.
Kerap terjadi dalam relasi antar kita satu sama lain. Bukannya mengakui dengan rendah hati dan berusaha memperbaikinya, kita berusaha mati-matian membela diri dan bahkan menyerang balik orang yang menguak kebenaran. Dengan membuang jauh rasa bersalah kita kerap mencari-cari kesalahan orang lain dan mengumumkannya secara lebih heboh untuk menutupi kesalahan kita. Apa yang kerap diterapkan di dunia politik yaitu teknik pengalihan issue, kita berusaha tetap dianggap benar meski jelas-jelas salah.
Mari belajar kasih, kerahiman, kerendahan hati dan kebesaran budi untuk mengakui kesalahan dan memperbaikinya. Ingatlah semakin membela-bela diri, kita akan makin jauh terjerumus dalam kebiasaan mempersalahkan dan makin jauh dari ketenangan batin. Po’
Pst. Steven Lalu, pr