Manado – “Injil St Matius (5:1-12) berbicara tentang yang bahagia-bahagia. Injil Lukas berisi Sabda Bahagia disertai peringatan-peringatan atau Sabda Bahagia dan Sabda Bahaya,”
Ungkap Selebaran Pastor Rekan, RD Theodorus Michael Palit (Theo) didampingi Pastor Paroki Santo Mikael Perkamil Manado, RD Aloisius Wenseslaus Maweikere (Wens) dan Frater Ivan Pepende, pada Misa kedua, Hari Minggu Biasa VI, bertempat di Gedung Gereja St Mikael Perkamil, Minggu, (16/02/2025).
“Sekilas tampak Sabda Bahagia untuk orang-orang miskin dan Sabda Bahaya untuk orang-orang kaya,” tutur Pastor Theo.
Menurutnya, kenapa orang tidak berlomba jadi orang miskin? Salahkah kalau jadi orang kaya? Apa orang miskin benar-benar bahagia? Apa orang kaya benar dalam bahaya?
“Orang-orang miskin, lemah, tak berdaya sehingga perlu perhatian dan dukungan,” ujarnya.
Lanjutnya, biasanya dalam kelemahan, orang berdoa dan berharap pada Tuhan, perlu dikuatkan dan ditopang. Dalam kondisi tertentu orang-orang kaya dapat menopang diri sendiri berkat berbagai kelebihan dan apa saja yang mereka miliki. Sampai disini semuanya positif.
Kenapa Tuhan mengecam orang kaya? Dalam Kitab Suci, orang kaya tidak peduli dengan orang miskin dan tak berdaya. Contoh Lazarus yang miskin, berada di depan pintu orang kaya yang pakai jubah ungu namun tidak dipedulikan.
“Orang-orang kaya seperti inilah yang dikecam oleh Tuhan yaitu tidak peduli, tidak mau berbagi, cuek dengan orang-orang sekitar, hidup hanya untuk dirinya sendiri, egois dan tidak mencintai orang lain,” jelasnya.
Dalam bacaan pertama, Yeremia mengutuk orang-orang yang mengandalkan diri sendiri dan kepunyaannya.
“Dan tentunya, tidak semua seperti demikian. Ada banyak orang kaya atau punya lebih namun juga hatinya begitu kaya dengan mau berbagi dan mencintai,” urainya.
Sebaliknya, berbahagialah orang-orang miskin yang hidup dalam doa dan pengharapan akan Tuhan dan yang suka menolong.
“Tapi juga jangan semua orang mengkondisikan diri jadi miskin. Punya bakat dan talenta wajib dilatih dan dikembangkan. Yang punya pekerjaan wajib rajin dalam bekerja,” paparnya.
Tuhan tidak mengatakan bahwa kemiskinan adalah keutamaan. Tuhan juga tidak mencerca kekayaan.
Tapi Tuhan mau menunjuk pada orang, bahwa Tuhan mau orang terus berharap pada pertolongan Tuhan.
“Bukan sebanyak apa yang kita miliki, yang perlu adalah sejauh mana kita berharap pada Tuhan. Dan sejauh mana kita peduli dengan orang lain,” bebernya.
Mari kita terus berharap pada Kristus yang bangkit yang akan mengantar kita pada hidup yang kekal. Berbahagialah.
“Semoga Rahmat Allah menolong kita,” tandasnya.(man repi)