Merenungkan Sabda
Kamis, 22 Agustus 2024
Peringatan Sta. Perawan Maria, Ratu
(Yeh.36:23-28, Mat.22:1-14)
Salah satu bentuk penghormatan kita kepada Bunda Maria sebagai Ratu, ketika pada masa Paskah kita mendoakan doa “Ratu Surga” setiap jam 6 padi dan sore serta jam 12 siang. Nanti juga dalam rangkaian kunjungan Paus Fransiskus, tgl 3-6 Sepetember yang akan datang, panitia kunjungan Paus meminta kita menyanyikan Lagu “Salve Regina”, pada setiap akhir misa, mulai tgl. 25 Agustus. Kita juga, Komunitas Misa Pagi, akan menyanyikan setiap akhir misa harian (lagu penutup) lagu ini sampai berakhirnya kunjungan Paus di Indonesia. Ajakan ini sebagai bentuk pujian dan permohonan kepada Bunda Maria sebagai Bunda Tuhan sekaligus penghormatan kita kepada Bunda Maria sebagai Ratu Surga.
Peringatan ini pun sebagai kelanjutan dari ketentuan tentang pengangkatan Santa Perawan Maria ke surga. Maria disebut Ratu oleh karena Kristus adalah Raja. Konsili Vatikan II meneruskan tradisi sejak abad IV, dan menegaskan: “Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya” (Lumen Gentium, 59). Gelar Ratu diberikan untuk menunjukkan secara resmi bagaimana keadaan Santa Perawan Maria yang bertahta di sisi Puteranya, Raja Kemuliaan.
Pemberian gelar kepada Maria sebagai ratu, bukan karena ketenaran, kemewahan lahiriah atau kecantikannya, melainkan karena ketaatan, kerendahanhati dan kesetiaan Maria. Paus Benediktus XVI menunjukkan bahwa penerimaan Maria yang rendah hati dan tanpa pamrih pada kehendak Allah merupakan alasan utama bahwa Maria sungguh sebagai Ratu Surga. Undangan Tuhan untuk ambil bagian dalam karya keselamtan sebenaranya hanya membutuhkan sikap seperti Maria, yakni Kerendahan-hati, ketaatan dan kesetiaan. Jika semua orang memiliki sikap seperti Bunda Maria maka Situasi hidup dan keselamatan itu menjadi milik kita semua. Tetapi sangat disayangkan banyak orang yang tidak peduli bahkan cuek dengan tawaran Tuhan. Untuk itulah bacaan Injil hari ini mengingatkan kekerasan hati manusia.
Dikisahkan Raja mau mengundang orang-orang dalam perjamuan. Tetapi mereka yang diundang justru menolak untuk hadir dengan berbagai alasan, bahkan ada yang membunuh utusan raja (6). Memang tamu undangan itu dimaksudkan Yesus adalah bangsa Israel yang terpilih, namun justru menolak firman Allah; bahkan membunuh para nabi. Penghukuman dari raja itu menggambarkan konsekuensi yang akan diterima bangsa Israel atas penolakan mereka terhadap undangan sang raja.
Kita pun termasuk golongan yang dikecam Yesus sama seperti orang Israel zaman itu, kalau kita pun keras hati dan acuh tak acuh terhadap Sabda Allah. Kekerasan hati kita nampak dalam kehidupan dan tindakan kita yang tidak berubah atau yang tetap memelihara dosa. Sering pula kita masih saja merespons anugerah Allah tidak dengan sepantasnya. Bila kita masih saja memelihara dosa dan acuh tak acuh, maka sesungguhnya kita seperti tamu yang datang tidak dengan pakaian pesta.
Undangan Tuhan itu “gratis” tetapi tidak berarti murahan. Perlu ketetapan hati untuk merespon Undangan Tuhan itu. Bunda Maria telah menunjukan sikap yang perlu kita teladani, yakni Kerendahan hati, ketaatan dan kesetiaan pada sabda dan kehendak Tuhan. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado