Merenungkan Sabda
Selasa, 25 Juni 2024
Pekan Biasa XII
(2Raj.19:9b-11.14-21.31-35a.36, Mat.7:6.12-14)
Tema penting yang ingin disampaikan oleh Yesus dalam Injil hari ini adalah pedoman-pedoman hidup praktis yang bisa dihayati oleh siapa saja guna memperoleh kebahagiaan “jangan lakukan pada orang lain apa yang Anda tidak suka orang lain perbuat terhadap dirimu”. Hal penting lain yakni hidup merupakan satu pilihan. Pilihan itu akan menentukan masa depan seseorang. Ada pilihan yang sulit dan ada pilihan yang gampang. Semua punya konsekwensi pilihan.
Sastrawan Franz Kafka, menulis: “Ketidaksabaran mengusir manusia dari Firdaus dan terus-menerus menjauhkannya dari sana.” Manusia sudah terbelenggu sikap mau cepat dan tergesa-gesa alias instan. Kita ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Segala-galanya dibuat cepat dan kilat: makanan instan, cinta kilat, foto kilat, hidup kilat, dan mati pun kilat. Kita tidak mau lagi dengan apa yang disebut sebuah proses. Apakah sesungguhnya yang kita cari dalam hidup ini? Bila kita mau semuanya secara instan maka kita bakal jadi korban sistem instan. Contohnya yang pastor tadi ungkapkan: perkawinan kilat akbatnya kilat juga bertahannya.
Dalam Injil hari ini, Yesus menunjukkan dua pintu, yaitu pintu sempit yang membutuhkan suatu proses dan waktu dan pintu lebar dengan jalan yang luas. Yesus memerintahkan kita untuk memilih pintu yang sempit, “Masuklah melalui pintu yang sempit!” Mengapa? “Sebab sungguh lebar pintu dan luas jalan menuju kebinasaan.” Ada larangan dan peringatan tetapi diabaikan; tanpa diketahui akibatnya nanti. Sementara, pintu yang akan mengantar manusia pada kehidupan sejati dan kekal kurang diminati, karena sempit dan jalannya sukar. Maka hanya sedikit orang yang menemukan pintu itu dan melewati jalannya.
Yesus mengharapkan agar kita tidak salah memilih jalan. Jalan menuju surga selalu disertai salib. Kalau kita memilih jalan yang mudah dan gampang, yang menyenangkan dan meninabobokan, hasilnya juga mudah dan gampang pudar atau hanyut. Mudah-mudahan kita semua dapat memberi contoh yang baik bahwa segala sesuatu membutuhkan proses dan jalan yang panjang. Kesukseskan dan kebahagiaan tidak didapat dengan mudah dan gampang. Keselamatan pun tidak diraih pula dengan jalan kesenangan, tetapi membutuhkan perjuangan bahkan pengorbonan. Kita harus meyadari bahwa semua butuh proses, butuh perjuangan. Kita tidak bisa menghindar dari relitas proses ini. Itulah salib dalam bahasa KS. Semoga kita memahami peristiwa salib dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga kita tidak mudah mengeluh atau bahkan menghindarinya. Tetapi kita menerimanya sebagai suatu bagian hidup untuk meraih sukses atau keselamatan itu sendiri. Amin.
AMDG. Pst.Y.A.
St. Ignatius, Manado