Merenungkan Sabda
Jumat, 13 Juli 2024
Pekan Biasa XIV
(Hos.14:2-10, Mat.10:16-23)
Ungkapan ini cukup popular sebagai suatu istilah: “hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Inilah yg dimaksudkan sebagai paket kebijaksanaan. Apa sih artinya, menjadi cerdik seperti ular, dan menjadi tulus seperti merpati?
Ular, sebenarnya tidak dikategorikan sebagai hewan yang cerdik. Seringkali justru dikaitkan sebagai binatang yang licik. Bisanya mematikan, dan pagutannya yang cepat ketika menyergap mangsa, menunjukkan sikap ke “licik”-an dari ular. Ingat kisah Adam dan Hawa di taman Eden. Kita tahu Ular, adalah hewan melata yang tak berkaki dan tak punya sayap. Namun salah satu sifat ular yang jarang orang ketahui adalah: karena kondisi tubuhnya, ular biasanya cenderung untuk menjauh dari bahaya yang mengancam. Ular tahu tempat2 aman yang jauh dari gangguan musuh.
Merpati, adalah sejenis burung yang mampu terbang berkilo-kilometer jauhnya. Walaupun ia dilepas di tempat yang jauh, ia sanggup untuk kembali ke rumah tempat ia dibesarkan atau kembali ke tempat asalnya. Oleh karena itu, merpati dipakai sebagai lambang PT pos, yang mengantarkan surat ke tempat tujuannya, walaupun jaraknya jauh. Merpati putih, lambang perdamaian, karena sifatnya yang elok dan bulunya yang melambangkan kesucian. Namun, tak sedikit pula merpati yang berbulu abu2, coklat, belang2, bintik2 dll. Merpati juga dikatakan burung yang setia; selain setia pada tempat asalanya, ia juga setia pada satu pasangan dan memiliki program KB murni, dua anak cukup.
Yesus berbicara dalam konteks “domba di tengah serigala”. Kita, orang Kristen, digambarkan sebagai domba, binatang yang patuh namun tak berdaya. Serigala adalah binatang buasa (karnifora) ganas dan bisa memangsa apa saja termasuk domba. Maka Serigala dilambangkan sebagai segala bentuk kejahatan yang menguasai dunia ini. Kita, yang adalah domba, yang telah dikuduskan dari dosa, diperhadapkan kembali kepada dunia fana ini, yang sarat dengan cobaan, godaan, hawa nafsu, dan segala kejahatan lainnya.
Dalam konteks Yesus sebagai Gembala, mengutus kita sebagai domba ke tengah serigala, pahamilah: Domba tidak diutus sendirian, tetapi berjalan bersama Gembalanya. Ketika kawanan serigala datang mengancam, sebagai domba berlindung pada Sang Gembala. Lawanlah kejahatan dengan kebaikan; kita tidak boleh membalas kejahatan, melainkan datang kepada Yesus, mengasihi sesama dan mengampuni musuh. Datanglah kepada Tuhan dengan ketulusan seperti merpati, yang tahu jalan kembali kepada tempat asalnya, dalam hal ini adalah Yesus, Yang Empunya Kerajaan Sorga. Kita datang kepada Yesus bukan dengan hati sombong, angkuh, atau pun tidak percaya, melainkan dengan menaruh percaya sepenuhnya kepadaNya, bahwa hanya Dialah yang sanggup melindungi kita dari segala kejahatan. Maka gambaran kelicikan ular dan ketulusan merpati berhadapan dengan bahaya dan kejahatan merupakan paket “bijak” yang perlu kita kembangkan.
Semoga Kecerdikan ular dan ketulusan merpati menjadi usaha kita dalam karya-karya pelayanan, apalagi berhadapan dengan situasi sulit dalam hidup kita. Amin.
AMDG. Pst.Y.A.
St. Ignatius, Manado