Merenungkan Sabda
Rabu, 15 Mei 2024
Rabu Pekan Paskah VII
(Kis.20:28-38, Yoh.17:11b-19)
“Yesus menengadah ke Langit dan berdoa bagi semua murid-Nya.” Injil mengatakan sikap Yesus ketika Yesus berdoa. Sikap doa yang sungguh-sungguh, hanya memusatkan diri pada Bapa-Nya. Kita masing-masing punya cara bedoa yang dirasa pas, cocok dan nyaman: entah berlutut, berdiri, duduk di bangku atau duduk besilah. Terserah dari masing-masing yang membuat nyaman kita berdoa.
Selain focus pada Allah Bapa, doa Yesus ini menujukkan kecintaan, perhatian yang sungguh bahkan kesedihan karena harus meninggalkan murid-murid-Nya. Yesus memohon agar Bapa memelihara para murid dan kita semua. Karena Dia sudah menjaga dan memelihara para murid supaya mereka tidak terpisah dari Bapa. Yesus juga menjaga agar kita tidak ada yang binasa. Karena memang meski kita berada di dunia tetapi kita bukan milik dunia sama seperti Yesus bukan dari dunia. Tentu harapan Yesus ini membingungkan kita semua: “… dan dunia membernci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia…”.
Apa makna perkataan Yesus ini? Kata “dunia” dalam Perjanjian Baru, ditafsirkan dari kata Yunani cosmos. Cosmos seringkali berbicara mengenai dunia yang sedang kita diami dan manusia yang hidup di atasnya, yang berfungsi secara terpisah dari Allah. Setan adalah penguasa “cosmos” ini (Yohanes 12:31; 16:11; 1 Yohanes 5:19). Melalui makna sederhana yang disampaikan oleh kata dunia yang merujuk kepada sistem duniawi yang sedang diperintah oleh Setan, kita lebih menghargai klaim Kristus bahwa orang percaya bukan lagi dari dunia – kita sudah tidak diperintah oleh dosa, atau prinsip duniawi. Selebihnya, kita sedang diubahkan serupa dengan gambar Kristus, sehingga ketertarikan kita pada hal-hal duniawi semakin berkurang seiring dengan bertambah dewasanya kita di dalam Kristus.
Orang percaya di dalam Yesus Kristus hanya sebatas hadir di dunia – secara jasmani – tetapi bukan bagian darinya, tidak mengambil bagian dari nilai-nilainya (Yohanes 17:14-15). Sebagai orang percaya, kita perlu terpisah dari dunia. Ini berarti kita harus menguduskan diri dengan hidup secara kudus dan benar. Kita tidak mengambil bagian dalam aktifitas berdosa yang dianjurkan dunia, dan kita melepaskan pola pikir menyimpang yang diciptakan dunia. Sebaliknya, kita menyelaraskan diri, dan pikiran kita, kepada Yesus Kristus (Roma 12:1-2). Untuk itulah Yesus mengingatkan kepada murid-Nya bahwa mereka akan ditolak bahkan menderita karena prinsip nilai yang kita perjuangkan berbeda dengan nilai-nilai yang dianggunkan dunia.
Doa Yesus ini juga mengingatkan kita akan segala kerapuhan dan juga ketidak-setiaan kita. Di dunia ini penuh godaan. Maka doa Yesus ini sekaligus juga menjadi tanda perutusan kita melanjutkan karya Yesus: memelihara, menjaga agar iman yang sudah tertanam dalam hati kita terpelihara dalam kesatuan dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus. Semoga kita semua menjadi pejuang-pejuang yang menjaga persekutuan, memelihara iman dan mengungkapkan kasih secara nyata . Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius Manado