Renungan Harian 25 Agustus 2024: Jangan Pernah Lupakan Sejarah

0

Minggu 25 Agustus 2024

(Yos.24:1-2a.15-17.18b; Ef.5:21-32; Yoh.6:60-69); Hari Minggu Biasa XXI

Ada ungkapan: “Jangan pernah sekali-sekali melupakan sejarah.” Sejarah menjadi kenangan dan catatan hidup manusia. Perjalanan hidup dan juga perkembangannya. Demikian juga dengan perjalanan hidup beriman kristiani tentu tidak lepas dari sejarah hidup. Orang-orang Kristen tak lepas dari sejarah. Kita sangat menghargai sejarah keselamatan. Kitab Suci sendiri berisikan Sabda Tuhan. Sabda Tuhan itu terjadi dalam sejarah yang panjang, dari kekal sampai kekal, dimulai dari penciptaan dunia dalam Kitab Kejadian sampai kepada penciptaan dunia baru, Sion yang baru dalam Kitab Wahyu. 

Bacaan Pertama hari ini, yang diambil dan Kitab Yosua, berbicara tentang ajakan Yosua kepada umat Israel untuk kembali melihat sejarah mereka. Mereka yang telah dibebaskan dari penjajahan Mesir dan hidup secara merdeka di padang gurun. Kegembiraan, keselamatan yang semula dipuja-puja, setelah sekian lama berselang, kian menjadi pudar justru karena mengalami hidup yang keras di padang gurun. Mereka merasa seolah-olah ditinggalkan Allah. 

Dalam Injil hari ini, Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai Roti Hidup. Ia mengajak para pengikut-Nya untuk memakan tubuh-Nya dan meminum darah-Nya. Namun, banyak dari mereka yang tidak mampu memahami perkataan-Nya karena terasa keras dan sulit diterima dengan nalar. Akibatnya, banyak pengikut-Nya memilih untuk meninggalkan-Nya. Lalu, Yesus bertanya kepada para rasul, “Apakah kamu juga ingin pergi?” Tetapi Simon Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapa lagi kami akan pergi? Sabda-Mu adalah Sabda kehidupan yang kekal. Kami percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Simon Petrus sangat memahami bagaimana ia menjadi murid Yesus dan ikut berjalan bersama-Nya dalam menjalankan pelayanan. Ia tidak melupakan masa lalunya, tetapi justru menghargainya, sehingga kesetiaan kepada Yesus tetap terjaga dalam dirinya. Ia tidak ingin meninggalkan Yesus seperti yang dilakukan oleh orang-orang lain yang merasa bahwa “perkataan Yesus terlalu keras”. Simon bersama para rasul lainnya tetap setia pada jalan keselamatan meskipun nyawa mereka dipertaruhkan. Mereka yakin dan sepenuhnya percaya bahwa Yesus adalah Roti Hidup.

Demikian juga kita pada dasarnya lahir dari sejarah. Sejarah pertemuan dan keputusan dengan kehendak bebas di hadapan Tuhan dalam keluarga. Maka rasul Paulus dalam bacaan II hari ini menegaskan agar kesatuan antara suami dan istri tetap terpelihara, tidak terpisah oleh apa pun. Maka saling menghormati dan mengasihi sebagai suami istri adalah bagian dari memperjuangkan kesatuan itu. Itulah cerminan keutuhan kesatuan jemaat dengan Kristus. Keluarga adalah persekutuan terkecil umat dan Kristus hadir di dalamnya.  

Mari menghargai sejarah yang membentuk diri kita. Banyak orang berjasa dalam hidup kita. Demikian pula Tuhan telah menuntun kita sampai situasi sekarang. Hargailah sejarah hidup kita bersama Tuhan dan sesama sehingga dalam diri kita ada kesetiaan dalam Tuhan, dan hormat serta kasih terhadap sesama. (mD)

Ya Yesus, ajarilah kami untuk tahu menghargai orang-orang yang telah berjasa bagi hidup kami. Amin

Beri Komentar

Silahkan masukkan komentar anda
Silahkan masukkan nama anda di sini