Merenungkan Sabda
Rabu, 08 Mei 2024
Rabu Pekan Paskah VI
(Kis. 17:15.22-18:1, Yoh.16:12-15)
Masih merupakan kelanjutan dari amanat perpisahan, Yesus berbicara tentang Roh Kebenaran: Tidak mudah menerima pemberitaan seluruh kebenaran yang diwartakan Tuhan Yesus, karena itu para murid memerlukan Penolong, Pembela, Penerang, Perantara, Penasehat, Penghibur dan Penguat, yaitu Roh Kudus. Dialah yang akan memimpin dan membimbing seluruh pelayan dan pengabdian para murid-Nya itu. Apa yang diucapkan dan diajarkan oleh Yesus selama itu, masih sulit sekali untuk bisa dicerna. Karena itu mereka akan dibantu oleh Roh Kudus yang menunjukkan kebenaran sejati sesuai dengan yang diajarkan oleh Yesus. Roh Kudus itulah Terang dan Kekuatan.
Ia memberikan pengetahuan untuk membedakan kebenaran dan kepalsuan, yang baik dan yang jahat, yang lurus dan yang bengkok, pribadi yang tulus dan pribadi suka profokasi. Roh Kudus melambangkan kehadiran Allah yang kontinyu dan meneguhkan hati para pengikut-Nya yang setia. Ia tidak bisa dilihat, tetapi kehadiranNya sengat dirasakan oleh batin kita yang peka. Peran-Nya sangat penting dan vital untuk menerangi dan membimbing Gereja serta umat-Nya dalam mengimani Yesus Kristus sebagai “Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh.14:6).
Peran Roh Kudus terwujud dalam seluruh pelayanan dan perwartaan Paulus dan rekan-rekannya serta semua murid dan penganut-Nya yang setia. Di Athena, Yunani ketika Paulus mulai mengajarkan tentang penghakiman terkhir, perlunya pertobat dan tentang kebangkitan, mereka mulai bersikap sinis, mundur teratur dan menolak. Namun Roh Kudus membukan dan menggerakan hati beberapa orang Yunani dan mereka menjadi tertarik dan percaya pada Paulus, seperti Dionisisus dan Damaris. Roh Kudus berkarya dalam diri beberapa orang yang tergerak hatinya dan percaya.
Kalau kita reflesikan secara jujur, kitapun pada zaman sekarang masih sering berlaku seperti orang-orang Athena pada zaman dulu. 1). Kita mengimani Allah yang benar dan kita kenal, tetapi kitapun ketika panic, stress, bingung, kesepian, “bête” atau mengalami kekecewaan berat dan patah hati, -lebih sering mencari allah-allah lain yang tidak dikenal, daripada pergi bersujud di hadapan Allah yang kita kenal yang bertahta dalam Sakramen Maha Kudus. Allah-allah lain itu dapat berupa hp, game, dan ego kita yang menganggap diri benar, hebat, harus ikut pendapat saya. Itulah berhala-berhala baru. 2). Seperti orang Athena yang segan mendengarkan “pertobatan”, kitapun sering kurang bergairah bila sampai pada diskusi atau pembicaraan yang berisi ajakan untuk mawas diri, koreksi diri atau perbaikan internal. Biasannya kita lebih mudah menujuk-nunjuk kesalah pada pihak lain daripada mengoreksi diri kita sendiri. Padahal dengan melakukan pertobatan atau koreksi diri, kita akan lebih rendah hati dan berkembang.
Kita berdoa semoga Roh Kudus berdiam dalam diri kita dan akan selalu menuntun kita pada jalan kebenaran. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Mdo