Merenungkan Sabda
Sabtu, 20 Juli 2020
Pekan Biasa XV
(Mi.2:1-5, Mat.12:14-21)
Ada suatu ungkapan yang menarik ketika mambaca satu renungan yang berbicara Tentang makan. Munkin ungkapan ini sebagai sebuah lelucon yang menggambarkan tiga tipe orang. Tipe pertama, orang yang berpikiri: Apa yang bisa saya makan hari ini? Tipe kedua: Apa yang saya makan hari ini? Dan tipe ketiga: Siapa yang bisa saya makan hari ini? Tipe pertama adalah orang yang sederhana, orang yang belum tentu dapat makan pada hari itu. Tipe kedua adalah orang yang berkecukupan, yang bingung mau makan apa hari ini. Tipe ketiga adalah tipe orang jahat, yang merancang kejahatan untuk “memakan” orang lain, mengambil keuntungan tak halal atas orang lain.
Nabi Mikha diutus Tuhan untuk memperingatkan Kerajaan Yehuda, karena mereka bertindak kejam dan tidak adil kepada sesama. Mikha memaparkan secara rinci dosa umat Allah. Penyerobotan tanah dan perampasan hak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kekayaan dan kekuasaan terhadap rakyat miskin (ay.1-3). Pada masa itu tanah pertanian adalah sumber utama penghidupan. Perampasan tanah berarti penyebab kemiskinan dalam masyarakat. Penindasan, penjarahan, pelecehan kaum wanita, dan penghancuran keluarga dilakukan secara sistematis oleh mereka (ay.8-9). Tidak hanya itu, kekayaan mereka ternyata juga dapat membeli khotbah dan nubuat. Kehidupan agama mereka penuh dengan kepalsuan. Allah tidak tinggal diam. Ia telah merancang penghukuman bagi mereka ketika mereka merancang kejahatan.
Kita semua bukanlah termasuk kelompok yang dikecam oleh Mikha atau bukan tipe “pemakan” orang. Tetapi kita adalah orang-orang yang diberi anugerah Roh Kudus. Orang yang telah diberi anugerah Roh digambarkan dalam Injil hari ini. “….Roh-Ku akan Kucurahkan atas Dia, dan akan memaklumkan hukum kepada sekalian bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan.” Ungkapan ini merupakan Gambaran Yesus sebagai Hamba Yahwe. Seorang hamba tidak akan mementingkan dirinya sendiri, atau mencari pujian bagi dirinya sendiri, atau hanya memperkaya dirinya sendiri. Tetapi ia hidup hanya untuk menyenangkan hati Tuannya. Seorang hamba Tuhan yang benar adalah yang selalu menyenangkan hati Allah dalam tutur kata dan terlebih dalam tindakan.
Roh yang diberikan Allah kepada Yesus, dicurahkan pula kepada kita. Sehingga kita memiliki Roh Tuhan; Roh sebagai hamba Allah, Roh yang patuh setia kepada kehendak Allah, yang menghidupkan. Orang yang telah memperoleh Roh Tuhan akan menghasilkan buah-buah Roh dalam tingkah lakunya, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri. Jika kita belum mampu mengusahakan buah roh ini atau malah tingkah laku bertentangan dengan keutamaan-keutamaan di atas, kita belum dijiwai oleh Roh Kristus. Kita juga termasuk orang yang dikecam oleh Tuhan melalui Nabi Mikha jika perbutan kita tidak menggambarkan kehadiran Roh Allah.
Semoga kita yang telah dicurahi Roh, dapat memberi dampak yang baik kepada keluarga, sahabat dan sesama saudara kita yang lain. Jadilah hamba-hamba Tuhan yang menghadirkan kebaikan Allah dalam kehidupan kita. Amin.
AMDG. Pst. Y.A.
St. Ignatius, Manado