Merenungkan Sabda
Senin, 27 Mei 2024
Pekan Biasa VIII
(1 Ptr.1:3-9, Luk.10:17-27)
Yesus keberatan mendengar pujian seorang yang datang bertanya dengan mengatakan kepada Yesus, “Guru yang baik….. Yesus lalu mengatakan: “mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain Allah!” Heran mengapa Yesus keberatan memperoleh pujian dari seorang yang mengatakan bahwa dia baik. Duduk persoalannya adalah ia mengetahui hati orang yang datang kepadaNya. Dalam hidup sosial atau relasinya dengan sesama sama sekali tidak ada cacat: tidak menyakiti orang, tidak membunuh, tetap menghormati orang tua; pokoknya orang yang baik, tanpa diragukan. Tetapi ketika di suruh memilih antara harta dan mengikuti Tuhan, lalu dia meninggalkan Yesus.
Dari situasi ini lalu Yesus mengeluargkan suatu pernyataan: “alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum…” Memang ada penafsir mengatakan lubang jarum di sini dimaksudkan adalah pintu gerbang di Yerusalem yang digunakan ketika pintu gerbang utama ditutup. Jika pintu gerbang utama di tutup (pada jam tertentu), para pedagang harus melewati pintu gerbang ini. Para pedagang dari timur menggunakan unta sebagai binatang pengangkut barang dagangan mereka. Ketika melewati pintu itu, unta-unta ini tidak bisa lewat kecuali terlebih dahulu menurunkan beban mereka karena pintu gerbang itu sempit. Tetapi hal ini pun menggambarkan bahwa ketika tidak melucuti atau melepaskan apa yang ada dalam diri kita maka kita juga sulit untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Kita bertanya mengapa Yesus mengatakan peringatan yang radikal seperti itu? Yesus pernah juga memperingatkan dalam teks lain: “Karena di mana hartamu berada, di situ hartimu berada” (Mat.6:21). Sementara panggilan mengikuti Tuhan atau percaya pada Tuhan adalah berserah diri kepadanya dengan bulat hati. Ketika orang lebih mengutamakan melekat pada hartanya maka sulit baginya untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Alasan lain yang mungkin adalah orang berharta merasa berkuasa dan memandang rendah sesamanya. Orang lain dipandangnya remeh, tiada apa-apanya. Mereka berhak mengatur meskipun bukan wewenang mereka. Yang tidak kaya seperti mereka menyingkir, dilarang berpendapat, harus mendengar suara dan pendapat mereka.
Yesus disebut Guru yang baik tetapi Ia menolak. Karena Ia tahu apa isi hati manusia. Jangan sampai Tuhan Yesus menolak kata-kata pujian yang kita panjatkan kepada-Nya karena kita berlaku munafik: kelihatan saleh, suci, berdoa setiap saat, tanpa alpa kegiatan rohani apapun, tetapi hal itu hanyalah topeng keagamaan. Religiositas seperti ini tidak dapat menyelamatkan. Ciri ciri ini dapat terlihat melalui orang yang sulit taat karena merasa diri berharta dan karena harta itu merasa berkuasa. Semoga kita adalah orang-orang yang tulus percaya pada sabda dan kehendak Tuhan karena percaya Yesus Guru yang baik. Amin.
AMDG. Pst.Y.A.
St. Ignatius, Manado